Denpasastra.net

Pemenang Lomba Baca Puisi Bali Politika 2025 Diumumkan. Berikut Ini Daftarnya

Lomba Baca Puisi Sastra Bali Politika 2025 resmi menutup rangkaian kegiatannya dengan pengumuman para pemenang yang digelar dalam acara Peluncuran Buku Share di Dalam Rumah Community Hub, Denpasar, pada Sabtu, 1 November 2025.

Acara ini menjadi puncak dari seleksi panjang para peserta dari berbagai wilayah di Indonesia yang bersaing menampilkan pembacaan puisi dengan pendekatan performatif di ruang virtual.

Daftar Pemenang:

Juara 1 – Yivatman Dalu Awartha (Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat)
Juara 2 – Akbar Juliana (Bandung)
Juara 3 – Adib Faydhurahman (Situbondo)
Harapan 1 – Dewa Ayu Indrasari Putri (Denpasar)
Harapan 2 – Purwanti Ningsih (Malang)
Harapan 3 – I Made Pande Candra Wiguna (Denpasar)

Acara yang turut dimeriahkan oleh penampilan Heri Windi Anggara, Wulan Dewi Saraswati, serta MC Desi, berlangsung hangat di tengah komunitas sastra Denpasar. Tiga dewan juri yakni Pranita Dewi, Moch Satrio Welang, dan Ni Putu Rastiti hadir langsung dalam pengumuman pemenang dan memberikan refleksi atas pentingnya membaca puisi dengan kesadaran puitik yang utuh.

Dalam pengantarnya, dewan juri menegaskan bahwa pembacaan puisi adalah proses menghadirkan “peristiwa puitik” yang hidup. Seorang pembaca tidak cukup mengandalkan suara, melainkan juga perlu memahami makna, sejarah, dan energi emosional dari teks yang dibacakan.

“Suara menjadi penentu keberhasilan pembaca puisi, tetapi ekspresi, gestur, dan konsistensi adalah napas yang membuatnya hidup,” ungkap dewan juri.

Sebagai lomba virtual, Sastra Balipolitika menuntut para peserta menyeimbangkan antara artistika visual dan kekuatan batin puisi. Latar, pencahayaan, hingga musik bukanlah hiasan semata, melainkan bagian dari dramaturgi puitik yang menyampaikan ruh teks kepada pendengar.

Dengan berakhirnya lomba ini, Sastra Balipolitika kembali menegaskan perannya sebagai ruang kreatif lintas disiplin yang menjembatani sastra dan media digital menghadirkan puisi bukan hanya sebagai bacaan, tetapi sebagai pengalaman.

Tanggapi Tulisan Ini

Yay
Meh
Terima kasih. Responmu menjadi bagian dari arsip bacaan ini.
Baca Juga  Puisi, Manusia, dan Mesin: Refleksi atas Perpuisian Indonesia di Era Kecerdasan Buatan

Klab Baca Kerumitan Sastra

Dapatkan kolom mingguan Kerumitan Sastra langsung ke inbox kamu setiap Minggu pagi. Gratis, tanpa spam.

Baca Kebijakan Privasi untuk info perlindungan data lebih lanjut

Baca Juga

Sastrawan Harus Miskin

Preman Laut

Sastra di Inggris dalam Ancaman AI: Yang Bisa Kita Pelajari di Indonesia

Preman Laut

Bersiap-Siap! The Rocktober Bakal Dihelat di Bali Minggu Depan

Redaksi

Fanfic Dalam Esensi Borgesian

Ervin Ruhlelana

Lima Sastrawan yang Dibungkam Soeharto: Sejarah Panjang Pengawasan terhadap Bahasa

Preman Laut

Negara Bisa Lupa, Tapi Sastra Tidak: Menyikapi Penyangkalan Fadli Zon atas Tragedi 1998

Preman Laut
Berita

Pemenang Lomba Baca Puisi Bali Politika 2025 Diumumkan. Berikut Ini Daftarnya

Lomba Baca Puisi Sastra Bali Politika 2025 resmi menutup rangkaian kegiatannya dengan pengumuman para pemenang yang digelar dalam acara Peluncuran Buku Share di Dalam Rumah Community Hub, Denpasar, pada Sabtu, 1 November 2025.

Acara ini menjadi puncak dari seleksi panjang para peserta dari berbagai wilayah di Indonesia yang bersaing menampilkan pembacaan puisi dengan pendekatan performatif di ruang virtual.

Daftar Pemenang:

Juara 1 – Yivatman Dalu Awartha (Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat)
Juara 2 – Akbar Juliana (Bandung)
Juara 3 – Adib Faydhurahman (Situbondo)
Harapan 1 – Dewa Ayu Indrasari Putri (Denpasar)
Harapan 2 – Purwanti Ningsih (Malang)
Harapan 3 – I Made Pande Candra Wiguna (Denpasar)

Acara yang turut dimeriahkan oleh penampilan Heri Windi Anggara, Wulan Dewi Saraswati, serta MC Desi, berlangsung hangat di tengah komunitas sastra Denpasar. Tiga dewan juri yakni Pranita Dewi, Moch Satrio Welang, dan Ni Putu Rastiti hadir langsung dalam pengumuman pemenang dan memberikan refleksi atas pentingnya membaca puisi dengan kesadaran puitik yang utuh.

Dalam pengantarnya, dewan juri menegaskan bahwa pembacaan puisi adalah proses menghadirkan “peristiwa puitik” yang hidup. Seorang pembaca tidak cukup mengandalkan suara, melainkan juga perlu memahami makna, sejarah, dan energi emosional dari teks yang dibacakan.

“Suara menjadi penentu keberhasilan pembaca puisi, tetapi ekspresi, gestur, dan konsistensi adalah napas yang membuatnya hidup,” ungkap dewan juri.

Sebagai lomba virtual, Sastra Balipolitika menuntut para peserta menyeimbangkan antara artistika visual dan kekuatan batin puisi. Latar, pencahayaan, hingga musik bukanlah hiasan semata, melainkan bagian dari dramaturgi puitik yang menyampaikan ruh teks kepada pendengar.

Dengan berakhirnya lomba ini, Sastra Balipolitika kembali menegaskan perannya sebagai ruang kreatif lintas disiplin yang menjembatani sastra dan media digital menghadirkan puisi bukan hanya sebagai bacaan, tetapi sebagai pengalaman.

Tanggapi Tulisan Ini

Yay
Meh
Terima kasih. Responmu menjadi bagian dari arsip bacaan ini.
Baca Juga  Puisi, Manusia, dan Mesin: Refleksi atas Perpuisian Indonesia di Era Kecerdasan Buatan

Klab Baca Kerumitan Sastra

Dapatkan kolom mingguan Kerumitan Sastra langsung ke inbox kamu setiap Minggu pagi. Gratis, tanpa spam.

Baca Kebijakan Privasi untuk info perlindungan data lebih lanjut

Baca Juga

Rapor Merah Menteri Kebudayaan dan Sastra Kita di Halaman Belakang

Preman Laut

Album Musikalisasi Puisi “Jalan Suara” Diluncurkan, Royalti Masih Jadi Catatan

Redaksi

Bahaya Laten Buku ‘Filosofi Teras’ dan Muslihat Logikanya

Preman Laut

Sastrawan Harus Miskin

Preman Laut

Lima Sastrawan yang Dibungkam Soeharto: Sejarah Panjang Pengawasan terhadap Bahasa

Preman Laut

Morbid Monke: Anomali Sonik dari Denpasar

Preman Laut
Beranda
Berita
Esai
Opini
Resensi