Setelah melalui proses kuratorial yang ketat, Penerbit Partikular bersama mitra penyelenggara akhirnya mengumumkan sepuluh cerpen terpilih Sayembara Cerpen Denpasar 2025.
Dari lebih dari dua ratus naskah yang masuk, para juri yakni Oka Rusmini, Putu Suartika, dan Devy Gita memilih karya yang dinilai mampu menangkap Denpasar bukan sebagai latar tempelan, tetapi sebagai pengalaman yang hidup.
Sepuluh penulis terpilih adalah Avif Nur Aida Aulia, Galuh Ginanti, Gusti Ayu Dian Okta, Jong Santiasa, Kadek Agus Arya Pranata, Maria Nilanti Ayomi, Muhammad Rasyid, Ni Putu Rastiti, Saputra Atmaja, dan Tria Nin.
Catatan dewan juri menunjukkan kegamangan sekaligus harapan. Oka Rusmini menyoroti lemahnya struktur cerita, minimnya rujukan bacaan, serta kecenderungan dialog mubazir. Putu Suartika menekankan bahwa banyak penulis gagal menggali Denpasar sebagai entitas budaya dan hanya menjadikannya dekorasi dangkal, sementara Devy Gita menggarisbawahi kecenderungan beberapa naskah untuk berubah menjadi artikel atau ulasan alih-alih fiksi yang utuh.
Meski begitu, para juri menilai sebagian kecil karya berhasil menghadirkan sesuatu yang lebih esensial dimana Denpasar diproyeksikan sebagai ruh, bukan sekadar lokasi. Karya-karya inilah yang kemudian menempati sepuluh besar.
Pemenang pertama hingga ketiga akan diumumkan pada Sabtu, 22 November 2025, dalam acara ‘Denpasar dan Kota sebagai Cerita’ di Graha Yowana Suci, Denpasar. Acara tersebut akan diikuti diskusi bersama para juri dan pertunjukan seni yang merespons cerpen-cerpen terpilih. Acara terbuka dan gratis untuk publik.
Sayembara ini menjadi lanjutan dari upaya membaca kota melalui warganya sendiri. Ia merupakan sebuah ajakan untuk melihat Denpasar bukan hanya dari keramaiannya, tetapi dari kisah-kisah kecil yang sering tidak sempat dicatat.