Denpasastra.net
GP

Taman Ayun Barong Festival: Ketika Anak-Anak Menari, Para Juara Pulang ke Rumah

Di halaman luas Pura Taman Ayun, suara kendang kecil terdengar sedikit ragu-ragu. Tangan mungil anak-anak menggenggam palu, mata mereka mengikuti aba-aba pelatih, sementara ekor barong buntut berayun di punggung para penari cilik. Dari jauh, sorot mata para orang tua—ada yang tegang, ada yang penuh bangga—menyaksikan generasi baru sedang belajar menyatu dengan warisan yang jauh lebih tua dari usia mereka.

Inilah wajah Regenerasi dalam Taman Ayun Barong Festival 2025. Sebanyak 21 penari barong buntut anak-anak dan 21 penabuh kendang muda mendapat panggung untuk berlatih, tampil, sekaligus belajar berbagi energi. Festival yang digagas Puri Ageng Mengwi bersama Pemerintah Kabupaten Badung dan didukung Kementerian Kebudayaan RI ini bukan sekadar agenda budaya tahunan. Ia adalah ruang di mana warisan adi luhung Bali dititipkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Malam harinya, panggung berubah wajah. Madya Mandala Taman Ayun menyala dengan cahaya lampu dan bayangan arsitektur pura yang memancarkan taksu. Para Superstar—penari barong ket dan penabuh kendang yang sudah menjuarai kompetisi di berbagai daerah—dikurasi, dikumpulkan, dan ditampilkan dalam suasana perang bintang. Ada yang datang dengan percaya diri, ada pula yang menahan grogi meski sudah terbiasa tampil. Semua menyatu dalam panggung yang memberi kebanggaan tersendiri.

“Panggung Taman Ayun punya aura yang berbeda. Para seniman bisa merasakan energi itu ketika mereka tampil,” ungkap Ida Cokorda Mengwi XIII, Panglingsir Puri Ageng Mengwi. Bagi beliau, festival ini adalah jembatan: antara kebanggaan masa lalu dengan masa depan, antara ingatan leluhur dengan langkah anak-anak hari ini.

Tak hanya pertunjukan, pengunjung juga diajak menyelami pameran seni bertajuk “Into The Heart of Heritage”. Topeng bebarongan karya para maestro Bali dipajang berdampingan dengan dokumentasi foto Upacara Bhiseka Ratu Cokorda Mengwi XIII, menghadirkan ruang kontemplasi tentang jejak sejarah dan identitas.

Baca Juga  Pesenggiri Festival 2025 Siap Hadirkan Perayaan Budaya Lampung

Di balik gegap gempita, festival ini menyimpan inti sederhana: sebuah usaha agar kesenian barong dan Pura Taman Ayun tetap hidup, bukan sebagai artefak beku, melainkan sebagai denyut yang terus bergerak bersama masyarakat. Anak-anak yang berlatih siang itu, para juara yang kembali tampil malam harinya, dan penonton yang hanyut dalam suasana—semua adalah bagian dari satu narasi yang sama: Bali yang menolak melupakan dirinya sendiri.

Baca Juga

Virtual Account Mempermudah Nasabah Bisnis Kelola Pembayaran Secara Otomatis

Writer

Digital Banking Bukan Tentang Kecepatan, Tapi Tentang Siapa yang Ditinggal

Writer

Di Balik Layar, Ada Bank yang Bekerja: Bagaimana CIMB Niaga Menjadi Tulang Punggung Gaya Hidup Digital Indonesia

Writer
Beranda
Berita
Esai
Opini
Resensi